Setelah merilis video klip mereka terbaru Tamasya Di Angkasa beberapa saat lalu, dan cukup memberikan atensi di setiap lantai dansa yang memanas, tiga pemuda suka ugal ugalan menamai dirinya sebagai REDAM. Adalah paradoks dengan karya mereka yang bersifat tak terbendung, emosi yang berapi api dan overdrive berkadar fermentasi. Angkat lagi botolnya, karena lantai dansa tak mampu menunggu.
*Stonedzombies: Hello Lurr, Nama mu begitu emosional, REDAM? Mungkin boleh diceritain, kenapa harus di REDAM?
Devan : Masing-masing dari kami punya band sebelum Redam, yang sudah meredam semangatnya karena banyak hal (baca: bubar). Kali ini saya mencoba meredam ego agar hal itu gak terjadi lagi. Sepertinya itu cukup mashook untuk menjawab pertanyaan.
Erdin : Betul, karena keseringan bikin Band terus bubar atau status nya nggak jelas, akhirnya saya pribadi udah nggak peduli band ini mau dinamain apaan, ngikut aja deh mau dinamain apa. Eh, ternyata malah ada progressnya, hehe.
Ari : (menghilang, kuota internetnya habis)
*Stonedzombies: Aku suka dengan musik yang kalian usung, whats sound is it? so fresh, bright, 90's X)
Devan : Ah yang bener? Saya sih gak terlalu fokus untuk melabeli musik yang kami bawakan, natural saja keluarnya seperti itu. Tetangga saya bilang "musik apa sih kok teriak-teriak" dahinya berkerut. Mungkin karena kami anak 90an ya, jadi musik yg masuk telinga sedari kecil punya andil cukup besar.
Erdin : Awalnya sih kami memulai dengan musik Alternative Rock / Grunge era 90’an, banyak band di era tersebut yang mempengaruhi kami. Tetapi kami juga tidak menutup diri untuk mengambil band atau musik diluar itu sebagai referensi kami, entah itu dari lokal maupun musik luar. Ada juga beberapa orang yang bilang “Redam itu Grunge ya, tapi kok musiknya begini ya ?”, kami sih terserah orang mau melabeli musik kami seperti apa, haha…
Ari : (masih menghilang, lagi beli kuota internet)
*Stonedzombies: Soal Video Klip yang kalian rilis beberapa saat lalu, single "Tamasya Di Angkasa", So trippy dude..heuheu..boleh dong diceritain tentang ide nya?
Devan : ini biar Erdin aja yang jawab hehe.
Erdin : Sebenarnya seluruh konsep dan eksekusinya dikerjakan oleh Mas Garna Raditya (AK//47), seluruh prosesnya dikerjakan di Oakland, California. Jadi waktu meminta ke Mas Garna, kami cuman menyodorkan lagu “Tamasya Di Angkasa” beserta liriknya, udah gitu doang. Bisa dikatakan kami meminta Mas Garna untuk merespon lagu kami, terserah mau dibuat gimana, haha... Ketika udah jadi, hasilnya oke banget, kita suka, haha...
Ari : (Masih sama dengan sebelumnya)
*Stonedzombies: Tentang lirik yang kalian tulis, adakah penulis lirik terbaik yang banyak menginspirasi karya kalian? Coba ceritakan?
Devan : Banyak si kalo yang menginspirasi dalam hal lirik, misalnya Robby (Navicula), Wisnu (monkey2mill), Eka (The Brandals) dst. Yang jelas kalo bikin lagu awalnya dapet lirik mentah dari Ari, abis itu baru saya kembangkan.
Erdin : Saya nggak ikut ngurusin lirik, itu Ari dan Devan yang mikirin.
Ari : (sudah beli kuota internet). karena sudah terjawab semua , saya menambahkan dikit ya he3×, tamasya di angkasa ini memang saya menciptakan nya walach , tanpa sadar dan tanpa konsep sama sekali hanya lewat saja waktu itu lagi asik asiknya berak tiba tiba saya nyanyi dengan lirik "tamasya di angkasa seketika pikira bawah sadar saya merespon " wah mashook ni pak eko buat lagu aja nih tamasya di angkasa " dan dari lagu tamasya di angkasa ini membuktikan bahwa berak itu sangat treepy sekali , maka jadilah lagu tersebut lalu saya kabarkan ke teman teman berkat berak saya.
*Stonedzombies: Kabar baik apa yang ingin kalian sampaikan?
Ari : Walach…, Apa Van ?
Devan : Kabar baiknya kami masih sehat sentausa, dan semoga bisa rilis album dalam waktu dekat ini. Kalo bisa awal bulan depan.
Erdin : Yaktul.
Komentar
Posting Komentar