REVIEW : And No One Can Prevent This Rage to Born


"And No One Can Prevent This Rage to Born"
Sebuah album kompilasi, kegelisahan terhadap kota dan mimpi tentang monumen untuk sebuah karya musik.
Oleh : Manusia Kera
kaumkera.infoshop@gmail.com

Our Band Could Be Your Life, sebenarnya kalimat yang lumayan frontal untuk sebuah ukuran judul buku. Kalimat tersebut menyiratkan kesombongan. Akan tetapi, buku yang mengisahkan perjalanan tiga belas band underground paling berpengaruh di Amerika kurun waktu 1981 s/d 1991 ini memang padat makna. Dan akhirnya ketika halaman terakhir diselesaikan oleh pembaca, judul tersebut tidaklah frontal lagi. Kesan frontal yang tertangkap di awal sebelum membaca buku, menjadi hilang setelah mendapatkan pemahaman baru ketika buku terselesaikan. Dan siapa yang menyangkal ketika menyadari bahwa musik Sonic Youth (salah satu band yang diceritakan dalam buku tersebut) telah menjadi bagian dari hidup banyak orang. Mulai dari memberi inspirasi bermusik, sampai bahkan ketika menjadi sekedar soundtrack keseharian. Dan orang-orang akhirnya menyadari bahwa mereka seharusnya berterima kasih tentang hal tersebut, dalam artian, band-band yang mereka dengarkan dalam keseharian, faktanya telah memberikan warna sekaligus menjadi bagian dari hidup mereka. Tidak semua orang menyadari tentang hal tersebut, tapi paling tidak buku Our Band Could Be Your Life karya Michael Azerrad tersebut membantu orang-orang yang membacanya untuk meraih pemahaman tersebut. Bahwa sebuah musik atau band, bisa saja menjadi bagian dan inspirasi penting bagi hidup seseorang yang mendengarkannya.

Dan kemudian dari Semarang lahir sebuah Album kompilasi bertajuk : "And No One Can Prevent This Rage To Born". Sebuah CD album yang mungkin berangkat dari semangat yang sama dengan buku Azerrad tersebut : berusaha menawarkan pemahaman terhadap orang-orang tentang suatu hal. Hal tersebut adalah tentang pentingnya sebuah karya musik yang menjadi monumen dalam bentuk rilisan fisik. Ketika sebuah rilisan fisik bisa berfungsi sama seperti buku dalam konteks pembelajaran secara historikal, maka sebuah rilisan fisik akan menjadi sumber informasi ketika ada generasi-generasi esok hari ingin mempelajari rilisan tersebut dan segala hal yang terkait di dalamnya, termasuk juga band-band yang terlibat. Selain itu, sebuah rilisan fisik, berarti juga penanda waktu sebagai pengingat rekam jejak. Dan begitulah kenapa akhirnya rilisan karya musik dalam bentuk fisik, menjadi sangat penting.

Ketika berjumpa dan ngobrol lumayan panjang dengan pihak label penggagas kompilasi ini -The Grass Eaters Zombies Recs.- mereka dengan konseptual berusaha memetakan dasar masalah tentang kenapa karya-karya musik anak muda dari Semarang hampir selalu gagal untuk menjadi monumen yang seharusnya mampu menarik atensi teman-teman apresiator luar kota. Pemetaan tersebut menghasilkan konklusi berupa beberapa masalah dasar tentang hal tersebut. Salah satunya, menurut mereka, di Semarang sangat kurang pemahaman tentang pentingnya membangun support community system di antara para pelaku musik di Semarang sendiri. Kebiasaan saling mendukung yang dibudayakan, entah itu yang berkecimpung dalam urusan label ataupun media, akan membuat sebuah karya fisik yang dirilis menjadi maksimal dalam berbagai hal. Permasalahan selanjutnya adalah kurangnya media yang membantu masalah penyebaran dan resensi. Yang terakhir, mungkin klise tapi paling krusial, para musisi muda di semarang masih sering berbenturan dengan ketidak-percayaan diri (atau mungkin kemalasan) untuk merilis sendiri karya-karya mereka. Terkadang ketika sesi perekaman telah usai, mereka berakhir terjebak pada kebingungan tentang apalagi yang harus dilakukan. Kebingungan tersebut kerap kali menunda proses perilisan. Bahkan kerap kali, karena menyerah, karya tersebut tidak jadi dirilis. Hal-hal tersebut sering kali menjadi penghalang bagi sebuah karya musik untuk akhirnya dirilis secara fisik.

The Grass Eaters Zombies sendiri sebenarnya adalah sebuah label yang sebenarnya telah merilis tiga karya, tapi baru pada album kompilasi "And No One Can Prevent This Rage to Born" ini, mereka berhasil merilisnya secara fisik. Sebelumnya, rilisan mereka hanya beredar dalam bentuk link download gratis tanpa rilisan fisik sama sekali. Label ini langsung mengucapkan ikrar, bahwa sejak kompilasi ini, rilisan dari label tersebut, harus ada bentuk fisiknya. Bersama Galang dan Afri, Aga yang menginisiasi record label tersebut, kemudian seperti ingin menerapkan disiplin ini dengan langsung merencanakan proyek rilisan CD kompilasi selanjutnya yang akan dirilis tahun depan. Mereka seperti ingin menegaskan tentang betapa perlunya rilisan fisik pada sebuah karya musik, khususnya di kota mereka, Semarang.

Orang-orang selalu membuat monumen sebagai penanda mimpi-mimpi mereka yang berhasil dicapai. Monumen tersebut sekaligus berfungsi sebagai jembatan informasi kepada generasi-generasi esok hari yang ingin tahu tentang pencapaian tersebut. Teman-teman di The Grass Eaters Zombies sendiri menyadari, bahwa sudah saatnya hal tersebut menjadi budaya bagi para pelaku musik di Semarang. Kompilasi ini, menurut mereka, adalah ajakan bagi siapapun pelaku musik di Semarang, untuk mendokumentasikan karya-karya mereka dalam bentuk fisik. Sesuatu yang bisa di rasa secara langsung oleh generasi-generasi setelah mereka. Bagi The Grass Eaters Zombies, musikalitas para pelaku musik di Semarang sudah seharusnya mendapatkan monumennya sendiri. Dan untuk membangun monumen tersebut, maka mereka, para musisi Semarang, harus berani memulai langkah awal menuju arah tersebut. Langkah awal tersebut adalah meraih pemahaman, bahwa merilis karya dalam bentuk fisik, entah itu berupa kaset pita atau cakram padat, bisa dilakukan sendiri.

Budaya "melakukan sendiri" tentu saja erat dengan etos kemandirian. Dan kemandirian sangatlah erat berkaitan dengan kemerdekaan. Dengan menjadi mandiri, kita bebas menentukan hidup yang kita pilih. Begitu juga dalam musik, ketika budaya "melakukan sendiri" telah umum dipahami, maka para pelaku musik merdeka dalam memilih bentuk karya yang sesuai dengan ideal keinginan mereka. Dengan kemerdekaan tersebut, maka sebuah karya musik menemukan jalan lebar untuk menjelma dalam sebuah rilisan fisik. Karena budaya "melakukan sendir"i ketika dipahami, akhirnya berujung menjadi etos kerja bagi yang membudayakannya. Etos kerja yang mengajarkan bahwa segala sesuatu bisa dikerjakan dan diwujudkan dengan usaha sendiri, tidak bergantung dengan pihak-pihak lain yang terkadang ingin terlalu mengontrol karena sekedar memiliki modal.

Dan kemudian kembali tentang betapa pentingnya sebuah rilisan fisik. Rilisan fisik adalah hal yang penting karena rilisan fisik tersebut akan menjadi sejarah tersendiri bagi orang-orang yang terlibat dalam pengerjaan rilisan tersebut, bahkan juga bagi para orang-orang yang mendengarkannya. Mereka bertemu pada sebuah titik, yaitu sebuah rilisan fisik karya musik yang sama-sama mereka dengarkan. Musik mempertemukan orang, mungkin sebuah jargon usang, tetapi hal yang usang terkadang perlu diingatkan supaya tidak dilupakan. Musik adalah bahasa, dan bahasa adalah pilar penting peradaban. Bukankah kita sedang membangun peradaban? Album kompilasi "No One Can Prevent This Rage to Born" ini adalah salah satu usaha tentang hal tersebut, berusaha mempertemukan orang-orang dengan membangun penanda sejarahnya sendiri dalam segala hiruk pikuk laju peradaban.

Kemudian kembali pada benang merah antara album kompilasi "And No One Can Prevent This Rage to Born" ini dengan buku "Our Band Could Be Your Life" yang sudah disebutkan sebelumnya. Buku tersebut menginpsirasikan bahwa independensi dalam bermusik itu penting. Dan dari pemaparan pihak The Grass Eaters Zombies, yang tertangkap adalah semangat yang sama : kemerdekaan dalam bermusik itu sendiri. Album CD kompilasi ini juga berarti ajakan bagi para pelaku musik di Semarang untuk tidak mengemas rilisan fisik mereka dengan sekedarnya. The Grass Eaters Zombies, menyiapkan rilisan ini hampir sekitar dua tahun lalu, sekitar awal tahun 2014. Mereka seperti sangat berusaha untuk tidak kehilangan detail-detail apapun pada perilisan album kompilasi ini, tentu saja juga detail pengemasan fisiknya. Dan pada akhirnya, walaupun manufakturing CD-nya dikerjakan sendiri, kemasan fisiknyapun sederhana, tapi CD ini sangat layak untuk di koleksi. Dan  sadar kah, sederhana memang tidak berarti sama dengan sekedarnya? The Grass Eaters Zombies berhasil menyuguhkan sebuah monumen yang layak bagi para generasi esok hari yang mungkin ingin melihat jejak rekam dari band-band yang terlibat dalam album kompilasi tersebut. Dan walaupun monumen itu mungkin sederhana, tapi paling tidak mereka berani dan berhasil mewujudkan monumen tersebut. Album CD kompilasi "And No One Can Prevent This Rage to Born" tersebut adalah langkah awal dan bukti keseriusan mereka.

And No One Can Prevent This Rage To Born
Various Artist album CD Compilation
Release Date : 13 Maret 2016
Records label : The Grass Eaters Zombies Records

Komentar